Minggu, 18 Desember 2011

[Untuk Hari Ibu] Impian Menjadi Ibu Rumah Tangga ??? Why not?

Berbicara mengenai impian, saya ingin sedikit berbagi. Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah lapak, dari postingan tersebut saya seakan kembali ke awal karier saya sebagai ibu rumah tangga.

………………….

Saya di besarkan bukan dari keluarga yang harmonis, tidak ada komunikasi yang baik antara ayah dan ibu saya, apalagi kepada anak-anaknya. Kami berjalan sendiri-sendiri (secara jiwa) sejak kecil. Kedekatan emosional yang terjalin tidak terlalu terasa, namun sikap saling menghargai masih ada. Tidak ada yang menuntun atau menunjukkan jalan apa yang harusnya saya ambil. Tak ada belaian dan ungkapan kasih sayang.Tidak ada pegangan ketika saya jatuh, sehingga saya tidak boleh jatuh.

………………………

Saya anak pertama dari tiga bersaudara, dan termasuk anak pintar di sekolah. Sejak SMP selalu juara kelas, lulus dari universitas pun kurang dari 4 tahun dengan IPK lebih dari 3,5. Tapi saya tidak punya mimpi. Hidup saya cuma ambisi, ambisi untuk selalu juara kelas agar tidak dicela dan dibanding-bandingkan dengan adik saya, ambisi untuk merasa lebih baik dari teman seangkatan, ambisi untuk mendapatkan gelar terbaik , ambisi bisa mendapat kerjaan yang pantas agar tidak malu dihadapan alumni, dan sebagainya. Tapi tanpa mimpi. Mungkin kesombonganlah impian saya saat itu.

……………….

Sampai suatu saat, saya tinggal di rumah saudara jauh ibu saya, di sana saya mendapati pemandangan yang tidak pernah saya dapatkan di rumah saya. Rumahnya penuh kasih sayang, komunikasi antara ibu, bapak dan anak sangat baik, pengungkapan emosi dan cinta terlihat jelas, pembagian peran suami dan istri sangat sempurna menurut saya.Tentram, itu kuncinya.

…………………..

13241881432023324265Tante nun, istri yang sangat telaten mengurus suami dan anak. Setiap pagi bahkan tas sekolah anaknya di cek apa isinya, pensilnya tumpul atau ga, kalo tumpul maka dia merautnya, buku tulis dan diktat juga di cek, tak satupun boleh ketinggalan, sehingga ketika anak-anak berada disekolah semua sudah tersedia. Begitu pula kepada suaminya, semua dia siapkan baju, pakaian dalam, dan sebagainya kemudian dia menyemir sepatu suaminya, dan tanpa sungkan bersikap manja dan romantis dihadapan anak-anak mereka.

……………..

Om Har, bekerja di sebuah perusahaan perkebunan, orangnya sangat sederhana, ganteng, tidak banyak bicara, dan sangat berwibawa. Semua anggota keluarga tersebut sangat mengaguminya, karena tante Nun tau cara menempatkan peran tepat agar suaminya menjadi ayah teladan untuk anak-anak mereka.

…………………

Sejak saat itu, hidupku mempunyai impian.

Ya… impian yang sangat sederhana, tapi susah sekali di jaman sekarang bisa tercapai. Ingin mempunyai sebuah keluarga seperti keluarga Om Har. Saya ingin menjadi istri dan ibu seperti Tante Nun. Dan mempunyai suami seperti om Har. Mempunyai rumah tangga yang tentram dan penuh cinta. Dimana semua seperti pada tempatnya, seperti yang ada dibuku cerita, walaupun tidak selalu sempurna.

………………………

Maka, ketika saya memutuskan untuk menikah, saya melepas semua ambisi yang dulu melekat didiri saya. Saya memutuskan untuk tidak bekerja di luar rumah dengan harapan saya bisa mempunyai cukup waktu untuk mengurus suami dan anak. Menanggalkan keinginan untuk terlihat “berhasil” secara karier, atau ambisi untuk terlihat “wah”. Dan ternyata itu susah sekali, sikap egoisme sering kali muncul. Namun selalu saya membuka lagi buku panduan mewujudkan mimpi saya, saya menyadari bahwa mewujudkan impian itu tidaklah mudah. Butuh konsistensi tinggi dan usaha yang tak pantang menyerah. Karena itulah, detik demi detik yang saya lalui adalah bentuk dari perjuangan saya menjadi seorang istri dan ibu yang baik untuk suami saya. Walau kadang ada perasaan minder ketika bertemu teman-teman masa kuliah dulu.

………………..

Saya belajar bahwa impian itu kadang bukan sesuatu yang luar biasa, seperti mempunyai rumah yang besar, bisa keliling dunia, punya mobil mewah atau punya karier dan jabatan yang menjulang. Parameter orang terhadap kesempurnaan dalam hidupnya atau pencapaian impian hidup itu sangat berbeda-beda pada masing-masing individu tergantung lingkungan, orang tua, pendidikan, nilai-nilai moral yang dianutnya, dan sebagainya. Namun pada dasarnya setiap orang atau setiap manusia berproses untuk mendapatkan pencapaian tertinggi dalam impian tersebut. Apapun impiannya.

………………

13241880211193403651Sekali-kali lihatlah sekeliling kita, ada ibu penjual pecel keliling, tukang becak, montir bengkel motor, sopir angkutan umum, tukang sampah perumahan kita dan sebagainya. Kemudian coba bayangkan impian dari masing-masing wajah tersebut. Kemudian lihatlah diri kita, seberapa tinggi level yang telah kita capai untuk mewujudkan impian kita. Disitulah harusnya ada rasa syukur yang akan mengalir ke ruh (hati) kita, dan meluruskan kembali alur yang salah yang kita lakukan (sengaja atau tidak) untuk menuju rel yang tepat ke arah impian kita.

………………

Jadi apapun impian hidup kita, teruslah berusaha untuk mewujudkannya. Dengan bingkai rasa syukur dan ikhlas serta di iringi dengan kekuatan doa. Tuhan pasti tahu dan memberi yang terbaik untuk kita saat kita tak pernah putus asa.

(untuk para wanita yang mendedikasikan dirinya sebagai ibu rumh tangga sejati walau hanya sederhana tapi itu adalah impian mulia)

Selamat Hari Ibu, 22 Desember

1 komentar: